Free Fight
Hidup ini ga jauh dari yang namanya "fighting". Mungkin itu sebabnya di film2 drama Korea, kata penyemangat mereka adalah "fighting".
Hal yang paling gw ga suka adalah free fight. Pertempuran tanpa aturan. Tanpa batasan. Tanpa etika. Tanpa norma. Tanpa tata cara.
Bukan becanda kalau ada kalimat fitnah lbh kejam dari pembunuhan. Karena character assassination itu hal yang amat sangat buruk. Tp sayangnya, itu bagian dari free fight. Lebih kejam dari perang Bharatayuda. Karena Bharatayuda punya Bhagavad-Gita.
Gw wara wiri sekolah di sana sini. Jadi lawyer. Bahkan pake embel "esquire" selain gelar LL.M. gw. Tapi ga ada gunanya. Tetep aja gw kalah kalau disuruh free fight. Karena gw selalu pake hati. Gw bisa aja galak setengah mampus, tp deep inside hati gw, gw masih punya rambu2 yg ga akan pernah gw terjang. Ga boleh nusuk orang dari belakang. Ga boleh nyolong. Ga boleh ganggu kantong nasi orang. Dan harus ada alasan.
Gw bisa dgn mudah naik darah karena ada yg nyelak antrian, klakson di rumah sakit atau sekolah. Atau kasih gw muka sepet hanya karena dia merasa berhak buat kasih gw muka asem. Apalagi kalau urusan injustice...ketidakadilan. Gw sangat terganggu kalau gw merasa diperlukan tidak adil atau ada orang lain yg diperlakukan tidak adil. Karena secara etika dan norma & tatanan sosial, seharusnya tidak begitu.
Street smart. Yeah right. Selama gw masih pake hati, semua formula ga bakalan ada yg mempan. Kata orang gw naive. Iya gw memang naive. Bego. Bukan gw ga tau dimanfaatkan atau difitnah. Tp gw ga tahan sama too much noise. Terlalu gaduh buat telinga batin. Gw milih tutup mata dan telinga, berharap semuanya akan berlalu. Karena orang yg ngajak gw free fight punya kekejian yg gw ga pernah punya.
Cara yg paling ampuh buat self defense adalah dgn membatasi diri dgn siapa gw berteman. Teman gw banyak, tp yg bisa close to my heart terbilang jari. Karena hidup dalam kesendirian itu aman. Safe. Ga akan ada sakit hati. Ga akan ada patah hati. Gw in total control.
Gw mencoba membuka diri karena kata orang, gw harus belajar hidup. Tapi untuk bisa bertahan hidup gw harus menguasai ilmu free fight. Haruskah gw kehilangan mata hati gw untuk bisa bertahan hidup? Kata orang, orang baru bisa sakti kalau sudah pernah merasakan kelaparan atau terluka. Haruskah seperti itu? Haruskah gw kehilangan identitas diri gw? I don’t wanna rotten inside.
Jawaban yang ga pernah gw punya. Di film, selalu ada knight in shining armor menyelamatkan damsel in distress. Disini ga ada. Bahkan gw ga yakin bahwa soulmate gw memang exist. Jadi gimana gw bisa hidup aman kalau tulang rusuk yg seharusnya melindungi gw ga pernah ada?
Free fight is sucks.
Comments
Post a Comment